Malaysia Heboh, Data Pribadi 46 Juta Ponsel Dijual
9:45 AMMalaysia menyelidiki dugaan penjualan data 46 juta pelanggan telepon seluler secara online. Menteri Komunikasi dan Multimedia Salleh Said Keruak dikutip Reuters, Rabu (1/11/2017), mengatakan, penjualan data tersebut adalah penyalahgunaan data pelanggan terbesar di Malaysia.
Pelanggaran data pertama kali dilaporkan pada bulan lalu oleh Lowyat.net, sebuah situs berita teknologi lokal.
Situs tersebut memberitakan, seseorang telah memberi komisi untuk bisa menjual database informasi pribadi.
Salleh mengatakan, badan regulator Malaysian Communications and Multimedia Commision (MCMC) sedang menyelidiki masalah itu bersama kepolisian.
"Kami telah mengidentifikasi beberapa sumber kebocoran yang potensial dan kami harus segera menyelesaikan penyelidikan," ujar Salleh.
Menurut seorang peneliti cybersecurity di Singapura, data yang bocor ini awalnya dijual di beberapa forum dengan transaksi menggunakan bitcoin.
Data yang diperjualbelikan adalah nomor ponsel, nomor kartu pengenal, alamat rumah dan data kartu SIM seluler dari 46,2 juta pelanggan dari 12 operator telepon seluler Malaysia.
Seperti Indonesia, Malaysia juga baru saja menerapkan wajib registrasi pemilik ponsel.
Operator tersebut diantaranya Maxis, DiGi, Altel, Celcom, Enabling Asia, Friendimobile, MerchanTradeAsia, PLDT, RedTone, TuneTalk, Umobile dan XOX.
Populasi di Malaysia sekitar 32 juta namun banyak yang memiliki beberapa nomor ponsel. Menurut harian The Star, daftar tersebut juga diyakini mencakup nomor yang tidak aktif dan data orang asing yang membeli kartu untuk sementara waktu.
Menurut Kepala Operasi MCMC Mazlan Ismail seperti dikutip Bernama, regulator telah bertemu dengan perusahaan telekomunikasi untuk menyelidiki kasus tersebut.
Menurut BBC, data pelanggan seluler itu paling banyak diperoleh dari data yang terekam di Jobstreet.co, Malaysia Medical Council, Malaysian Medical Association, Academy of Medicine Malaysia, Malaysian Housing Loan Applications, Malaysia Dental Association dan National Specialist Register of Malaysia.
Pelanggaran data pertama kali dilaporkan pada bulan lalu oleh Lowyat.net, sebuah situs berita teknologi lokal.
Situs tersebut memberitakan, seseorang telah memberi komisi untuk bisa menjual database informasi pribadi.
Salleh mengatakan, badan regulator Malaysian Communications and Multimedia Commision (MCMC) sedang menyelidiki masalah itu bersama kepolisian.
"Kami telah mengidentifikasi beberapa sumber kebocoran yang potensial dan kami harus segera menyelesaikan penyelidikan," ujar Salleh.
Menurut seorang peneliti cybersecurity di Singapura, data yang bocor ini awalnya dijual di beberapa forum dengan transaksi menggunakan bitcoin.
Data yang diperjualbelikan adalah nomor ponsel, nomor kartu pengenal, alamat rumah dan data kartu SIM seluler dari 46,2 juta pelanggan dari 12 operator telepon seluler Malaysia.
Seperti Indonesia, Malaysia juga baru saja menerapkan wajib registrasi pemilik ponsel.
Operator tersebut diantaranya Maxis, DiGi, Altel, Celcom, Enabling Asia, Friendimobile, MerchanTradeAsia, PLDT, RedTone, TuneTalk, Umobile dan XOX.
Populasi di Malaysia sekitar 32 juta namun banyak yang memiliki beberapa nomor ponsel. Menurut harian The Star, daftar tersebut juga diyakini mencakup nomor yang tidak aktif dan data orang asing yang membeli kartu untuk sementara waktu.
Menurut Kepala Operasi MCMC Mazlan Ismail seperti dikutip Bernama, regulator telah bertemu dengan perusahaan telekomunikasi untuk menyelidiki kasus tersebut.
Menurut BBC, data pelanggan seluler itu paling banyak diperoleh dari data yang terekam di Jobstreet.co, Malaysia Medical Council, Malaysian Medical Association, Academy of Medicine Malaysia, Malaysian Housing Loan Applications, Malaysia Dental Association dan National Specialist Register of Malaysia.
Bryce Boland, Chief Technology Officer FireEye mengatakan jika data itu tersedia secara luas dapat digunakan untuk penipuan.
"Data yang dicuri ini pada akhirnya dapat mempengaruhi hampir semua orang Malaysia," katanya
Reporter: Avanty Nurdiana
Sumber : Tribunnews.com
0 comments